ANALISIS KEBANGKRUTAN DENGAN METODE Z-SCORE ALTMAN, SPRINGATE DAN
ZMIJEWSKI PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK PERIODE 2005 – 2009
Oleh: Peter Dosen Program
Magister Akuntansi Universitas Kristen Maranatha
Yoseph Mahasiswa Jurusan
Manajemen Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
A financial statement analysis
its very important for the go public company, financial statement became the
company performance report for investor, creditor, suppliers and employee that
because they are who will be the most disadvantage if the company have a loss
or the worst bankrupt . The bankruptcy analysis its need to be done, with
consideration the bankruptcy a go public company will detrimental to many
parties. The world foodstuff prices keep raising and touch the highest point on
february 2009, a company who operate with foodstuff raw materials will be
potential to bankrupt. The object of this research is PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. The purpose of this research is to know the financial performance
and bankruptcy prediction at last five years. The analysis methods in this
research is finacial statement ratio analysis and bankruptcy analysis Altman
Z-Score model, Springate model and Zmijewski model. The conclusion from the research
is financial performance PT. Indofood Sukses Makmur Tbk at 2005, 2006, and 2009
is good. The bad performance at 2007 and 2008. The bankruptcy analysis Altman
Z-Score in 2005-2009 referred to potentially bankrupt. The bankrupty anlysis
Springate at years 2005, 2006 and 2009 referred to not potentially bankrupt, at
2007 and 2008 potentially bankrupt. The bankruptcy analysis Zmijewski for
2005-2009 referred to not potentially bankrupt. Key Word : Bankruptcy,
Financial Performance, Financial Ratio, Springate, Z-score Altman, Zmijewski
PENDAHULUAN
Perusahaan merupakan suatu badan
yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993:4). Perusahaan merupakan
organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak
menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan lainnya
(Gitosudarmo, 2002:5).
Pada suatu perusahaan go-public laporan
keuangan sangat penting. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu
tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 1992: 17). Analisis laporan keuangan
sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan tersebut yang
dimana nantinya akan bermanfaat untuk pengambilan keputusan dimasa yang akan
datang. Informasi akuntansi keuangan ditujukan secara khusus bagi pemakai
eksternal, umumnya adalah pihak investor dan kreditor (Kuang dan Tin, 2010).
Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis rasio. Analisis
laporan keuangan hanya menekan kan pada satu aspek keuangan saja. Hal tersebut
menjadikan kelemahan dari analisis laporan keuangan maka dari itu memerlukan
suatu alat analisis untuk mengabungkan berbagai aspek keuangan tersebut, alat
tersebut merupakan analisis kebangkrutan. Analisis kebangkrutan penting
dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan terbuka (go
public) akan merugikan banyak pihak. Pihak – pihak tersebut antara lain
adalah, investor yang berinvestasi dalam bentuk saham maupun obligasi, kreditur
yang dirugikan karena terjadinya gagal bayar (default), karyawan
perusahaan tersebut karena terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta
manajemen perusahaan itu sendiri. Analisis kebangkrutan yang sering digunakan
Analisis Z-Score model Altman, model Springate dan model Zmijewski. Analisis
kebangkrutan tersebut dikenal karena selain cara nya mudah keakuratan dalam
menentukan prediksi kebangkrutannya pun cukup akurat. Analisis kebangkrutan
tersebut dilakukan untuk memprediksi suatu perusahaan sebagai penilaian dan
pertimbangan akan suatu kondisi perusahaan. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
adalah perusahaan Total Food Solutions yang terkemuka dengan kegiatan operasi
yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan
pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir. Analisis rasio keuangan dan
analisis kebangkrutan perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk dari tahun 2007 – 2009. Dengan tujuan sebagai
referensi untuk pengambilan keputusan pihak manajemen, selain itu juga sebagai
referensi pengambilan keputusan pihak investor.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pernyataan diatas yang
membahas dari tujuan suatu perusahaan hingga timbulnya fenomena akan kenaikan
harga pangan dunia, memunculkan suatu permasalahan akan kinerja suatu
perusahaan manufaktur yang berbahan baku pangan pada periode tersebut, dan
berdasarkan penelitian terdahulu maka permasalahan yang muncul adalah:
1. Bagaimana
kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada periode tahun 2005-2009
dengan mengunakan analisis rasio keuangan?
2.
Bagaimana hasil dari analisis kebangkrutan PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk pada periode tahun 2005-2009 dengan mengunakan
metode Z-Score Altman, Springate, Zmijewski?
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk
mengetahui kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2005-2009
dengan mengunakan analisis rasio keuangan.
2.
Untuk mengetahui hasil analisis kebangkrutan PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2005-2009 dengan mengunakan metode
Z-Score Altman, Springate dan Zmijewski.
KERANGKA TEORITIS
Analisis Rasio
Analisis rasio keuangan yang
dihasilkan oleh akuntansi keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau
prediksi terhadap kebangkrutan. Tingkat kesehatan sangat penting bagi perbankan
untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan
untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan dan pada akhirnya terhindar dari
kemungkinan terjadinya kebangkrutan (terlikuidasi). Analisis kebangkrutan ini
dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal
kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut ditemukan,
semakin baik bagi pihak manajemen, karena dapat melakukan perbaikan sejak awal
(Hanafi, 2003:263). Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai
kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan
laba. Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan
didefinisikan dalam beberapa pengertian yaitu :
1. Kegagalan
Ekonomi (Economic Distressed) berarti bahwa perusahaan kehilangan uang
atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti
tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas
perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas
sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan.
2. Kegagalan
Keuangan (Financial Distressed) mempunyai makna kesulitan dana baik
dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja.
Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan
untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed. Kegagalan
keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar
arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu:
a. Insolvensi teknis
Perusahaan bisa dianggap gagal jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
Insolvensi dalam pengertian
kebangkrutan pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai
kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus
kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
Faktor – faktor Penyebab
Kebangkrutan
Jauch dan Glueck dalam Adnan
(2000:139) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada
perusahaan adalah :
1. Faktor Umum
a. Sektor ekonomi
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan
dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan
jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya
dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam
hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
b. Sektor sosial
Faktor sosial sangat berpengaruh
terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi
permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan
karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi
di masyarakat.
c. Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga
menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk
pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi
informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak
terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.
d. Sektor pemerintah
Pengaruh dari sektor pemerintah
berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan
dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan
undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal Perusahaan
a. Faktor pelanggan / konsumen
Perusahaan harus bisa
mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan
konsumen, juga untuk menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan
menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke
pesaing.
b. Faktor kreditur
Kekuatannya terletak pada pemberian
pinjaman dan mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang tergantung
kepercayaan kreditur terhadap kelikuiditasan suatu perusahaan.
c. Faktor pesaing
Faktor ini merupakan hal yang harus
diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada konsumen,
perusahaan juga jangan melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih
diterima oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan
mengurangi pendapatan yang diterima.
3. Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor yang menyebabkan
kebangkrutan secara internal menurut Harnanto dalam Adnan (2000:140)
sebagai berikut :
a. Terlalu
besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan menyebabkan adanya
penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.
b.
Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena
kurang adanya kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari
manajemen.
c.
Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana
sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat
merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
Analisis Kebangkrutan Z-Score
Model Altman
Altman menemukan lima jenis rasio
keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan
yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-Score Altman ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Z-Score = 0,012X1 +
0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5
Keterangan:
X1 = Modal kerja terhadap total
harta (Working Capital to Total Assets).
X2 = Laba yang ditahan terhadap
total harta (Retained Earnings to Total Assets).
X3 = Pendapatan sebelum pajak dan
bunga terhadap total harta (Earnings Before Interest and Taxes to Total
Assets).
X4 = Nilai pasar sendiri terhadap
nilai buku dari hutang (Market Value Equity to Book Value of Total Debt).
X5 = Penjualan terhadap total harta
(Sales to Total Assets).
Rasio ke 1 sampai dengan ke 4
dihitung dengan persentase penuh, sedang untuk rasio ke 5 dihitung dengan
persentase normal. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan dengan model ini adalah, perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99
diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai
skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.
Selanjutnya skor antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan
pada grey area atau daerah kelabu, dengan nilai “cut-off” untuk
indeks ini adalah 2,675 (Muslich, 2000: 60). Perusahaan yang tidak go-public
tidak mempunyai nilai pasar, maka Altman mengembangkan model alternative
dengan menggantikan variabel X4 yang semula merupakan perbandingan nilai pasar
modal sendiri dengan nilai buku total hutang, menjadi perbandingan nilai saham
biasa dan preferen dengan nilai buku total hutang. Model Altman hasil revisi
tahun 1983 inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini. Persamaan hasil
revisi tersebut adalah :
Z-Score = 0,717X1 +
0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Keterangan:
X1 = Modal kerja terhadap total
harta (Working Capital to Total Assets).
X2 = Laba yang ditahan terhadap total
harta (Retained Earnings to Total Assets).
X3 = Pendapatan sebelum pajak dan
bunga terhadap total harta (Earnings Before Interest and Taxes to Total
Assets).
X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap
nilai buku dari hutang (Market Value Equity to Book Value of Total Debt).
X5 = Penjualan terhadap total harta
(Sales to Total Assets).
Kriteria yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini adalah, perusahaan yang
mempunyai skor Z > 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan
perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,20 diklasifikasikan sebagai perusahaan
potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan
sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu. Rasio keuangan
yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Altman
yaitu:
Rasio – rasio inilah
yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk
kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan
tersebut. Dalam manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode
Altman ini dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu: 1. Rasio
Likuiditas yang terdiri dari X1 2. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X2
dan X3 3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5 (Riyanto, 2001: 330).
Analisis Kebangkrutan
Model Springate
Model ini dikembangkan
pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate. Dengan mengikuti prosedur yang
dikembangkan Altman, Springate mengunakan step – wise multiple discriminate
analysis untuk memiih empat dari 19 rasio keuangan yang popular sehingga
dapat membedakan perusahaan yang berada dalam zona bangkrut atau zona aman.
Model Springate merumuskan sebagai berikut :
S=1.03A+3.07B+0.66C+0.4D
Rasio keuangan yang
dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Springate
yaitu:
Model tersebut
mempunyai standar dimana perusahaan yang mempunyai skor Z > 0,862
diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai
skor Z < 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.
Analisis Kebangkrutan
Model Zmijewski
Perluasan studi dalam
prediksi kebangkrutan dilakukan oleh Zmijewski (1983) menambah validitas rasio
keuangan sebagai alat deteksi kegagalan keuanngan perusahaan. Zmijewski melakukan
studi dengan menelaah ulang studi bidang kebangkrutan hasil riset sebelumnya
selama dua puluh tahun. Rasio keuangan dipilih dari rasio – rasio keuangan
penelitian terdahulu dan diambil sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut,
serta 3573 perusahaan sehat selama tahun 1972 sampai dengan 1978, indikator F-test
terhadap rasio – rasio kelompok, Rate of Return, liquidity, leverage,
turnover, fixed payment coverage, trends, firm size, dan stock return
volatility, menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara perusahaan
yang sehat dan yang tidak sehat. Dengan kriteria penilaian semakin besar nilai
X maka semakin besar kemungkinan / probabilita perusahaan tersebut bangkrut.
Model yang berhasil dikembangkan yaitu (Margaretta Fanny dan Sylvia Saputra,
2000:4) :
X = -4,3 – 4,5X₁
+ 5,7X₂
- 0,004X₃
Rasio keuangan yang
dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Zmijewski
yaitu:
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sample
Populasi yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam sektor consumer
goods yang go-public dan listing di Bursa Efek Indonesia
serta sudah beroprasi minimal lima tahun. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling dan purposive
sampling. Convenience sampling, yaitu pengambilan sampel non-probabilitas
dimana informasi data penelitian diperoleh dari anggota populasi dan informasi
tersebut dapat dengan mudah diakses oleh peneliti dengan mempertimbangkan
kemuadan (Uma Sekaran, 2006:314). Purposive sampling, yaitu pengambilan sample
dengan adanya maksud atau tujuan tertentu, tujuan dan maksud pada
penelitian ini dengan mengambil PT.Indofood Sukses Makmur Tbk sebagai sample
nya adalah untuk mengetaui bagaimana kinerja PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
dan apakah berpotensi bangkrut atau tidak, yang dimana perusahaan tersebut
merupakan perusahaan yang berimage ”baik” dimata masyarakat luas.
Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel
yang diteliti dalam suatu situasi. Tujuan penelitian deskriptif adalah
memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek
yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi,
orientasi industri, atau lainnya yang kemudian penelitian ini membantu peneliti
untuk memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut atau
membuat keputusan tertentu yang sederhana (Uma Sekaran, 2006:158-160).
Sumber Data
Data – data tersebut antara lain
adalah gambaran umum perushaan atau profil perusahaan dan laporan keuangan
perusahaan yang meliputi neraca dan laporan rugi laba perusahaan PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk selama tahun 2005 hingga 2009.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Metode
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada benda-benda
tertulis (Arikunto, 2002: 135). Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah
data profil perusahaan dan laporan keuangan perusahaan PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk dari situs resmi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk tersebut.
2. Metode Studi Pustaka yaitu
metode yang digunakan dengan memahami literature-literature yang memuat
pembahasan yang berkaitan dengan penelitian dan juga pengumpulan data dengan
membaca buku – buku dan sumber bacaan yang relevan, seperti buku-buku manajemen
keuangan, analisa laporan keuangan, dasar-dasar pembelanjaan perusahaan, dsb.
Metode studi pustaka dalam penelitian ini adalah jurnal-jurnal dan buku-buku
yang berkaitan dengan teori-teori analisis kinerja perusahaan dan teori-teori
analisis kebangkrutan.
PEMBAHASAN
Analisis Kebangkrutan
Penelitian ini
menggunakan tiga metode analisis kebangkrutan yang berbeda yakni Analisis
Kebangkrutan Altman Z-Score, Springate dan Zmijewski.
Analisis Kebangkrutan
Altman Z-Score
Altman menemukan lima
jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara
perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut yang sudah di revisi pada
tahun 1983. Z-Score Altman ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Z-Score =
0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Keterangan:
X1 = Modal kerja
terhadap total harta (Working Capital to Total Assets).
X2 = Laba yang ditahan
terhadap total harta (Retained Earnings to Total Assets).
X3 = Pendapatan sebelum
pajak dan bunga terhadap total harta (Earnings Before Interest and Taxes to
Total Assets).
X4 = Nilai pasar
ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (Market Value Equity to Book Value
of Total Debt).
X5 = Penjualan terhadap
total harta (Sales to Total Assets).
Analisis Kebangkrutan
Metode Altman Z-Score PT. Indofood Sukses Makmur tahun 2005
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk untuk periode tahun 2005 mempunyai nilai Z-Score sebesar
1,8815 sehinga, perusahaan tersebut berdasarkan analisis kebangkrutan metode
altman z-score diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau
daerah kelabu. Faktor yang paling mempengaruhi dalam pengkalsifikasian ini
adalah X2 hal tersebut dikarenakan faktor tersebut mempunyai nilai nol, yang
dikarenakan tidak adanya laba ditahan atau retained earning pada PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk.
Analisis Kebangkrutan
Metode Altman Z-Score PT. Indofood Sukses Makmur tahun 2006
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk untuk periode tahun 2006 mempunyai nilai Z-Score sebesar
2,0747 sehingga perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey
area atau daerah kelabu. Penurunan pada nilai Z-score pada tahun
2006 dikarenakan penurunan pada faktor X₁
hal tersebut karena kewajiban lancar yang meningkat pada tahun tersebut.
Analisis Kebangkrutan
Metode Altman Z-Score PT. Indofood Sukses Makmur tahun 2007
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk untuk periode tahun 2007 mempunyai nilai Z-Score sebesar
1,3552 sehingga perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey
area atau daerah kelabu. Penurunan nilai Z-score pada periode 2007
dibandingkan dengan periode sebelumnya dikarenakan penurunana pada nilai X₁, X₃,
X₄,
dan X₅
hal tersebut dikarenakan kenaikan kewajiban lancar pada X₁, jumlah kewajiban pada
X₄,
yang di ikuti dengan kenaikan total aset pada X₁, X₃, dan X₅.
Analisis Kebangkrutan
Metode Altman Z-Score PT. Indofood Sukses Makmur tahun 2008
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk untuk periode tahun 2008 mempunyai nilai Z-Score sebesar
1,3836 sehingga perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey
area atau daerah kelabu. Peningkatan nilai Z-score pada tahun 2008
dibandingan tahun sebelum nya dikarenakan adanya peningkatan pada faktor X₅
yang dikarenakan peningkatan pada penjualan.
Analisis Kebangkrutan
Metode Altman Z-Score PT. Indofood Sukses Makmur tahun 2009
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk untuk periode tahun 2009 mempunyai nilai Z-Score sebesar
1,5061 sehingga perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey
area atau daerah kelabu. Nilai Z-score pada tahun 2009 meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya, hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan pada
faktor X₁, X₃,
dan X₄.
Nilai X₁ meningkat dikarenakan
peningkatan pada kewajiban lancar. Nilai X₃ meningkat dikarenakan
peningkatan pada EBIT. Nilai X₄ meningkat dikarenankan penurunan pada
jumlah kewajiban dan adanya peningkatan pada jumlah ekuitas.
Analisis Kebangkrutan
Springate
Model ini dikembangkan
pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate. Dengan mengikuti prosedur yang
dikembangkan Altman, Springate mengunakan step – wise multiple discriminate
analysis untuk memiih empat dari 19 rasio keuangan yang popular sehingga
dapat membedakan perusahaan yang berada dalam zona bangkrut atau zona aman.
Model Springate merumuskan sebagai berikut :
S=1.03A+3.07B+0.66C+0.4D
Rasio keuangan yang
dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Springate
yaitu:
Analisis Kebangkrutan
Metode Springate PT. Indofood Sukses Makmur tahun 2005
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk untuk periode tahun 2005 mempunyai nilai S sebesar 1,0542 sehingga
perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat atau perushaan
yang tidak berpotensi bangkrut.
Analisis Kebangkrutan
Metode Springate PT. Indofood Sukses Makmur tahun 2006
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk untuk periode tahun 2006 mempunyai nilai S sebesar 1,3359 sehingga
perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai perushaan yang tidak berpotensi
bangkrut. Nilai S pada tahun 2006 meningkat dibandingkan nilai S pada tahun
sebelumnya, peningkatan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan faktor B, C, dan
D. Nilai B meningkat dikarenakan peningkatan pada EBIT. Nilai C meningkat
dikarenakan peningkatan pada net profit before taxes dan penurunan pada current
liabilities. Nilai D meningkat dikarenakan peningkatan pada sales.
Analisis Kebangkrutan
Metode Springate PT. Indofood Sukses Makmur tahun 2007
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk untuk periode tahun 2007 mempunyai nilai S sebesar 0,7926 sehingga
perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai perushaan yang berpotensi
bangkrut. Nilai S pada tahun 2007 menurun dibandingkan tahun sebelumnya, hal
tersebut dikarenakan penurunan pada faktor A, B, dan D. Nilai A menurun
dikarenakan peningkatan pada kewajiban lancar dan peningkatan pada total aset.
Nilai B dan D menurun dikarenakan adanya peningkatan pada total aset.
Analisis Kebangkrutan
Metode Springate PT. Indofood Sukses Makmur tahun 2008
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk untuk periode tahun 2008 mempunyai nilai S sebesar 0,7835 sehingga
perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai perushaan yang berpotensi
bangkrut. Terjadi penurunan nilai S pada tahun 2008 dibandingkan tahun
sebelumnya, hal tersebut dikarenakan penurunan pada faktor A dan C. Nilai A
menurun dikarenakan kenaikan pada total aset dan kewajiban lancar. Nilai C
menurun dikarenakan peningkatan pada kewajiban lancar.
Analisis Kebangkrutan
Metode Springate PT. Indofood Sukses Makmur tahun 2009
PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk untuk periode tahun 2009 mempunyai nilai S sebesar 1,0345 sehingga
perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai perushaan yang tidak berpotensi
bangkrut. Nilai S pada tahun 2009 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,
peningkatan tersebut dikarenakan peningkatan pada faktor A, B, dan C. Nilai A
meningkat dikarenakan penurunan pada kewajiban lancar. Nilai B meningkat
dikarenakan dikarenakan kenaikan penjualan sehingga net profit before
intrest and taxes meningkat. Nilai C meningkat dikarenakan peningkatan
penjulan sehingga net profit before taxes meningkat dan adanya penurunan
pada kewajiban lancar.
SUMBER :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=156474&val=986&title=ANALISIS%20KOMPARASI%20POTENSI%20KEBANGKRUTAN%20DENGAN%20METODE%20Z%20-%20SCORE%20ALTMAN,%20SPRINGATE,%20DAN%20ZMIJEWSKI%20PADA%20INDUSTRI%20KOSMETIK%20YANG%20TERDAFTAR%20DI%20%20BURSA%20EFEK%20INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar