ANALISIS
KOMPARASI POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE Z - SCORE ALTMAN,
SPRINGATE, DAN ZMIJEWSKI PADA INDUSTRI KOSMETIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
Komang
Devi Methili Purnajaya1
Ni
K. Lely A. Merkusiwati2
1Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
e-mail:
devimethilipurnajaya@gmail.com / telp: +62 857 37 647 712
2Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
ABSTRAK
Pertumbuhan
penjualan kosmetik lokal Indonesia kalah besar jika dibandingkan dengan kosmetik
impor dan kosmetik brand multinasional bahkan penjualannya mencapai dua kali lipat
dari penjualan kosmetik Indonesia. Penelitian ini meneliti tentang apakah
terdapat perbedaan potensi kebangkrutan industri kosmetik yang terdaftar di BEI
dengan metode Zscore Altman, Springate, dan Zmijewski.Potensi
kebangkrutan dari ketiga model dikomparasikan dengan uji Kruskal-Wallisdengan
tingkat signifikansi 0,005 dan diperolehhasil tingkat signifikansi sebesar
0,001 dimana berarti terdapat perbedaan potensi kebangkrutan industri kosmetik
yang terdaftar di BEI dengan metode Z-Score Altman, Springate, dan Zmijewski.
Kata
kunci: altman, komparasi, springate, z-score, zmijewski
ABSTRACT
Indonesia
local cosmetics sales growth lower than imported cosmetics and multinational cosmetics
brand sales twice the sale of Indonesia local cosmetics. This study examines
about there are differences in potential bankruptcy cosmetic industry listed on
the Indonesia Stock Exchange by the Z-Score method of Altman, Springate and
Zmijewski. The potential bankruptcy of those models compared by the
Kruskal-Wallis test with a significance level of
0.005
and significance level of the results obtained 0,001 which means there is a
differences
potential
bankruptcy cosmetic industry listed on the Indonesia Stock Exchange by the
Z-Score
method
of Altman, Springate and Zmijewski.
Keyword:
altman, comparatiom, springate, z-score, zmijewski
PENDAHULUAN
Salah
satu jenis industri yang saat ini sedang mengalami tingkat persaingan tinggi di
Indonesia yaitu industri kosmetik. Hal ini terjadi akibat “demam Korea” dikalangan
anak-anak hingga dewasa. Demam Korea atau “Hallyu” adalah isilah
dimana budaya pop Korea tersebar secara global di berbagai Negara dan dapat
membuat orang-orang pada Negara tersebut terpacu untuk mempelajari Bahasa Korea
dan kebudayaan Korea. Namun tidak hanya lagu dan film dari Negara Korea saja
yang digemari, masyarakat Indonesia bahkan mulai ingin berpenampilan seperti
masyarakat Korea yang memiliki kulit putih. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh
pebisnis kosmetik Korea untuk menjual produknya di Indonesia.
Pertumbuhan
industri kosmetik lokal Indonesia mengalami kekalahan yang cukup besar jika
dibandingkan dengan kosmetik impor dan kosmetik brand multinasional.Berdasarkan
data Kementrian Perindustrian, penjualan kosmetik di Indonesia tumbuh double
digit per tahun. Tahun 2012 penjualan kosmetik di Indonesia mencapai Rp
9,76 triliun atau tumbuh 14% daripada tahun 2011. Kementrian Prindustrian memprediksi
pada tahun 2013 penjualan akan meningkat 15% menjadi Rp 11,22 triliun. Jumlah
pasar yang besar menyebabkan pasar kosmetik Indonesia tidak hanya dinikmati olehindusri
kosmetik lokal, tetapi juga dinikmati oleh industri kosmetik impor. Hal tersebut
diperkuat oleh bukti bahwa penjualan kosmetik impor mencapai Rp 2,44 triliun atau
naik 30% daripada tahun 2011 sebesar Rp 1,87 triliun. Tahun 2013 nilainya diproyeksi
naik 30% menjadi 3,17 triliun. Angka tersebut dua kali lipat dari penjualan kosmetik
Indonesia. Jika perusahaan tidak mengantisipasi persaingan yang tinggi maka akan
timbul kemungkinan perusahaan akan salah dalam mengambil keputusan sehingga dapat
menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan.
Kebangkrutan
adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk
menjalankan usahanya. Menurut UU Kepailitan No. 4 Tahun 1998, perusahaan dinyatakan
pailit berdasarkan pada keputusan pengadilan yang berwenang atau berdasarkan
permohonan sendiri jika memiliki 2 atau lebih kreditur dan perusahaan tidak mampu
membayar sedikitnya satu utangnya yang telah jatuh tempo.
Kebangkrutan
sering didefinisikan sebagai kegagalan dimana definisi mengenai kebangkrutan
sebagai kegagalan sebagai berikut (Gunardiansya, 2009).
1)
Kegagalan ekonomi (Economic Failure)
Dalam
menjalankan usaha tidak menutup kemungkinan bila biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan melebihi dari pendapatan yang diperoleh perusahaan. Kondisi tersebut
yang dapat diartikan sebagai kegagalan ekonomi.
2)
Kegagalan keuangan (Financial Distressed)
Perusahaan
dikatakan mengalami kegagalan keuangan berarti perusahaan mengalami kesulitan
dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal
kerja.
3)
Insolvensi teknis (TecnhcalInsolvency)
Insolvensi
teknis lebih mengarah pada kegagalan perusahaan dalam menjalani teknis/ketentuan
kewajiban yang berlaku. Perusahaandianggap gagal jika perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo,walaupun total aset melebihi total
utang.
4)
Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
Kebangkrutan
juga dapat diartikan sebagai kondisi dimana nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan lebih rendah dari liabilitas yang dimiliki.
5) Legal
Bankruptcy
Perusahaan
dinyatakan bangkrut secara hukum, hanya jika diajukan secara resmi dengan
Undang-Undang.
Untuk
mengantisipasi kebangkrutan, produsen kosmetik Indonesia, perlu melakukan
analisis potensi kebangkrutan dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan (IAI;2009).
Suatu proses akuntansi menghasilkan laporan keuangan yang dapat dijadikan sebagai
informasi baik mengenai posisi keuangan perusahaan maupun prestasi manajemen pada
periode tertentu. Laporan keuangan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan
selain dijadikan sebagai alat pertanggungjawaban.
Terdapat
berbagai alat analisis kebangkrutan yang telah ditemukan, namun alat analisis
kebangkrutan yang banyak digunakan yaitu analisis Z-Score model Altman,
model Springate, dan model Zmijewski. Alasan ketiga alat analisis tersebut
banyak digunakan yaitu karena ketiga alat analisis tersebut relatif mudah untuk
digunakan dan juga memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi dalam
melakukan prediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan.
Altman
pada tahun 1968 memperkenalkan Analisis Z-Score, yaitu sebuah analisis yang
menghubungkan berbagai rasio dalam laporan keuangan sebagai variabelnya dan digabungkan
kedalam sebuah persamaan untuk memperoleh nilai Z, dimana nilai Z disini adalah
nilai untuk memprediksi kondisi perusahaan, baik dalam keadaan sehat ataupun bangkrut.
Kemudian Altman pada tahun 2000 menganjurkan dilakukannya reestimasilengkap dan
mengganti nilai pasar sendiridengan nilai pasar ekuitas dalam X4.Berdasarkan
hasil pengembangan Altman tersebut, rumus Z-Score dapatdigunakan oleh perusahaan
yanggopublic dan perusahaan yang tidak go-publicdimana perusahaan
ini tidak mempunyai nilai pasar, sehingga diperoleh persamaansebagai berikut:
Z’=
0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5...............................................(1)
Keterangan:
X1: Working
Capital to Total Assets
X2: Retained
Earnings to Total Assets
X3: Earnings
Before Interest and Taxes to Total Assets
X4:Market
Value Equity to Book Value of Total Debt
X5:Sales
to Total Assets
Cut-off
yang digunakan model ini adalah, Z > 2,90sebagai perusahaan
sehat, sedangkan Z < 1,20 sebagai perusahaan potensial bangkrut dan Z antara
1,20 sampai 2,90 sebagai perusahaan pada Grey Area atau daerah kelabu
(Peter dan Yoseph, 2011). Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat ketepatan prediksi
kebangkrutan 95 % untuk model
Altman
yang telah direvisi.
Springate
(1978) menggunakan 40perusahaan sebagai sampeluntuk menemukan suatu model yang
dapat digunakan dalam memprediksiadanya potensi kebangkrutan perusahaan dengan
menggunakan analisis multidiskriminan. Springatemenemukan 4 rasio yang dapat
digunakan dalam memprediksi adanyapotensikebangkrutan perusahaan.
Keempat
rasio tersebut dikombinasikan dalam suatupersamaan yang dirumuskan Springate
yang selanjutnya terkenaldengan istilah Model Springate.
Z =
1,3A + 3,07B + 0,66C +
0,4D............................................................................(2)
Keterangan:
A = Working
Capital to Total Assets
B = Earnings
Before Interest and Taxes to Total Assets
C = Earnings
Before Taxes to Current Liabilities
D = Total
Sales to Total Assets
Nilai
cut-off yang berlaku untukmodel ini adalah 0,862. NilaiZ yang lebih
kecil dari 0,862 menunjukkan bahwaperusahaan tersebut diprediksi akan mengalami
kebangkrutan. Model ini memilikiakurasi 92,5% dalam tes yang dilakukan
Springate.Selama dua puluh tahun Zmijewski melakukan studi dengan melakukan review
studi bidangkebangkrutan. Rasio keuanganyang digunakan pada model ini dipilih
dari rasiokeuangan yang telah digunakan pada penelitian terdahulu dan sebanyak
75 perusahaanyang bangkrut serta 3573 perusahaan sehat selama tahun 1972 sampai
dengan 1978 dijadikan sampel.Perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang
sehat dan yangtidak sehat ditunjukkan oleh indikator F-test terhadap
rasio–rasio kelompok, fixed payment coverage, liquidity, trends, Rate
of Return, firm size, stock return volatility, leverage, dan turnover.
Semakin besar nilai Z maka semakin besar kemungkinan/probabilitas perusahaan
tersebut bangkrut menjadi kriteria penilaian model ini. Model yang
berhasildikembangkan yaitu (Imanzadeh: 2011):
Z =
-4,3 –4,5X₁+
5,7X₂-
0,004X₃............................................................................(3)
Keterangan:
X₁= Return On Asset
X₂= Debt Ratio
X₃= Current Ratio
Cut-off
yang digunakan dalam model ini adalah 0 dimana jika nilai Z
bernilai positif, berarti perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan.
Sedangkan semakin negatif nilai Z dari perusahaan maka semakin jauh perusahaan
dari potensi mengalami kebangkrutan. Tingkat akurasi dari model Zmijewski ini
adalah sebesar 94,9%. Perbedaan tingkat akurasi dari ketiga model alat analisis
potensi kebangkrutan tersebut menyebabkan perlu dilakukannya komparasi hasil
prediksi potensi kebangkrutan dari ketiga alat analisis sehingga muncul rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu,apakah terdapat perbedaan potensi
kebangkrutan industri kosmetik yang terdaftar di BEI dengan metode Z-Score model
Altman, model Springate, dan model Zmijewski?
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan potensi
kebangkrutan industri kosmetik yang terdaftar di BEI dengan metode Z-Score
model Altman, model Springate, dan model Zmijewski.
METODE
PENELITIAN
Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam industri kosmetik
yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012.Metode pemilihan data adalah purposive
samplingdan jumlah sampel yang terdapat dalam penelitian inisebanyak 4 perusahaan.Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari situs resmi BEI berupa laporan keuangan tahunan (annual report)
dengan mengakses website www.idx.co.id pada tanggal 10 Juni
2013.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel pada analisis
Z-Score model Altman, model Springate, dan model Zmijewski, yaitu:
a)
Model Altman
1) Working
Capital to Total Asset (WCTA)
2) Retained
Earnings to Total asset (RETA)
3) Earnings
Before Interest and Taxes to Total Asset (EBITTA)
4) Market
Value of Equity to Book Value of Total Debt (MVEBVD)
5)
Sales to Total Asset (SATA)
b)
Model Springate
1) Working
Capital to Total Asset (WCTA)
2) Earnings
Before Interest and Taxes to Total Asset (EBITTA)
3) EBT
to Current Liabilities (EBTCL)
4)
Sales to Total Asset (SATA)
c) Model
Zmijewski
1) Total
Liabilities to Total Asset (TLTA)
2)
Net Income to Total Asset (NITA)
3) Current
Asset to Current Liabilities (CACL)
Pengumpulan
data dilakukan dengan mengakses website www.idx.co.id pada tanggal 10
Juni 2013 berupa laporan keuangan tahunan (annual report).Teknik
analisis data secara statistik dilakukan dengan uji beda rata-rata/uji K sampel
independen/uji Kruskal-Wallisuntuk menguji hipotesis. Apabila nilai
signifikansi yang diperoleh dari hasil SPSS 16.0 menunjukkan nilai yang lebih
besar dari 0,05 maka H0 diterima dan diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat
perbedaan potensi kebangkrutan dengan metode Z-Score Altman, Springate,
dan Zmijewski pada industri kosmetik yang terdaftar di BEI pada tahun
2010-2012. Namun apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan
berarti terdapat perbedaan potensi kebangkrutan dengan metode Z-Score Altman,
Springate, dan Zmijewski pada industri kosmetik yang terdaftar di BEI tahun
2010-2012.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Z-Score
Model Altman
Nilai cut-off
yang digunakan pada model Altman yaitu 2,90, yang berarti jika sebuah
perusahaan memiliki Z-Score lebih dari 2,90 maka perusahaan tersebut
dianggap sehat atau tidak berpotensi mengalami kebangkrutan. Jika perusahaan
memiliki Z-Score kurang dari 1,20, maka perusahaan tersebut memiliki
potensi mengalami kebangkrutan, dan jika perusahaan memiliki Z-Score kurang
dari 2,90 dan lebih dari 1,20 maka perusahaan tersebut berada di Grey Area atau
rawan mengalami kebangkrutan. Perhitungan analisis Z-Score model Altman
ditunjukkan pada Tabel 1sebagai berikut.
Jika dilihat
secara keseluruhan, dari tahun 2010-2012,UNVR dan TCID tidak memiliki potensi
mengalami kebangkrutan walaupun sempat mengalami penurunan Z Score sedangkan
MBTO dan MRAT tetap berada di Grey Area dan juga mengalami
penurunan Z-Score.
Analisis Z-Score
Model Springate
Analisis Z-Score
model Springate menjelaskan bahwa jika Z< 0,862, hal tersebut
menunjukkan indikasi perusahaan menghadapiancaman kebangkrutan. Jika Z-Score
diantara 0,862 dan 1,062 maka hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
berada dalam kondisirawan/Grey Area. Bila Z> 1,062, menunjukkan
perusahaan dalam kondisi keuanganyang sehat. Tabel 2berikut menunjukkan
perhitungan analisis Z-Score model Springate.
Tahun 2010-2012,
berdasarkan analisis Z-Score model Springate seluruh perusahaan industri
kosmetik yang terdaftar di BEI dalam keadaan sehat atau tidak memiliki potensi
mengalami kebangkrutan walaupun beberapa dari perusahaan tersebut mengalami
penurunan Z-Score pada tahun-tahun tertentu.
Analisis Z-Score
Model Zmijewski
Nilai cut-off
yang berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berart i perusahaan yang
nilai Z-nya lebih besar dari 0 diprediksi memiliki potensi mengalami
kebangkrutandi masa depan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki nilai Z lebih kecil
dari 0 diprediksi tidak akan memiliki potensi mengalami kebangkrutan. Namun
dalam penelitian ini, 0 sebagai cutoff dianggap sebagai Grey Area,
jadi jika perusahaan memiliki Z-Score sebesar 0 maka dianggap berada di Grey
Area. Hasil analisis Z-Score model Zmijewski ditunjukkan pada Tabel
3 sebagai berikut.
Z-Score dari seluruh
perusahaan industri kosmetik yang dianalisis menggunakan analisis Z-Score model
Zmijewski memperoleh nilai negatif yang berarti seluruh perusahaan industri
kosmetik dalam kondisi sehat dan tidak memiliki potensi mengalami kebangkrutan
selama tahun 2010-2012 walaupun dengan diikuti beberapa kenaikan Zscore
pada beberapa perusahaan pada tahun tertentu.
Perbedaan
Potensi Kebangkrutan dengan Metode Z - Score Altman, Springate, dan
Zmijewski pada
Industri Kosmetik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Hasil analisis
potensi kebangkrutan dari perusahaan industri kosmetik yang terdaftar di BEI
dengan menggunakan 3 model analisis kemudian diberikan peringkat berdasarkan cut-off
masing-masing model analisis sehingga diperoleh peringkat tingkat potensi
kebangkrutan dari masing-masing perusahaan dengan setiap alat seperti tampak pada
Tabel 4 sebagai berikut.
Peringkat yang
diperoleh kemudian dianalisis menggunakan SPSS 16.0 untuk menguji perbedaan
hasil analisis potensi kebangkrutan perusahaan industri kosmetik yang terdaftar
di BEI dengan menggunakan metode Z-Score model Altman, Springate, dan
Zmijewski. Tabel 5 berikut menunjukkan hasil dari analisis menggunakan SPSS.
Uji
beda rata-rata yang dilakukan pada peringkat potensi kebangkrutan perusahaan industri
kosmetik yang terdaftar di BEI dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
potensi kebangkrutan perusahaan industri kosmetik yang terdaftar di BEI dengan
tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil analisis dengan uji Kruskal-Wallis
diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,001. Tingkat signifikansi yang
diperoleh lebih kecil dari 0,005 dan menyebabkan H0 ditolak dan Ha diterima.
Hal tersebut artinya terdapat perbedaan potensi kebangkrutan industri kosmetik
yang terdaftar di BEI dengan metode Z-Score model Altman, model
Springate dan Zmijewski.
SIMPULAN
DAN SARAN
Berdasarkan
uji Kruskal-Wallis diperoleh bahwa terdapat perbedaan potensi kebangkrutan
industri kosmetik yang terdaftar di BEI dengan metode Z-Score model
Altman, model Springate dan model Zmijewski. Perbedaan rata-rata terlihat pada
model Altman, sedangkan model Springate dan Zmijewski memiliki rata-rata
potensi kebangkrutan yang sama.Berdasarkan keterbatasan pada penelitian ini,
maka dikemukakan beberapa saran, antara lain: (1) penelitian selanjutnya dapat
menggunakanalat analisis potensi kebangkrutan lain yang telah ditemukan seperti
Ohlson, Shirata, CA Score, Fulmer, Farajzadeh Genetic, dan McKee Genetic
(Ghodrati dan Moghaddam, 2012) memperpanjang waktu pengamatan, dan menambah
jumlah sampel perusahaan sehingga hasil yang diberikan dapat mengeneralisasi
penelitian; (2) penelitian selanjutnya juga dapat memperluas penelitian untuk
mengetahui
model analisis potensi kebangkrutan yang terbaik karena terdapat perbedaan
hasil
dari
masing-masing model analisis.
REFERENSI
Aghajani,
Vahdat. dan Jouzbarkand, Mohammad. 2012. The Creation Of Bankruptcy Prediction
Model Using Springate andSAF Models. Iran: Islamic Azad University.
Ahmadi,
Akbar Pourreza Soltan. Soleimani, Behzad. Vaghfi,Seyed Hesam. dan Salimi,
Mohammad
Baradar. 2012. Corporate Bankruptcy Prediction Using a Logit Model:Evidence
from Listed Companies of Iran. Dalam World Applied Sciences Journal
Vol. 17 No. 9 Hal: 1143-1148.
Altman,
E. I. 1968.Financial Ratios, Discriminant Analysis and The
PredictionofCorporate Bankcuptcy. Dalam The journal of Finance, Sept.
Atthariq,
Isno. 2009. Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman, Springate,
dan Groever dengan Rasio Keuangan sebagai Variabel Penjelas. Universitas
Andalas.
Diakomihalis,
Mihail. 2012. The Accuracy of Altman’s Models in Predicting Hotel Bankruptcy.
Dalam International Journal of Accounting and Financial Reporting Vol. 2
No. 2.
Fatmawati,
Mila. 2012. Penggunaan The Zmijewski Model, The Altman Model, dan The Springate
Model Sebagai Prediktor Delisting.Dalam Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol.
16 No. 1, Hal. 56-65
Ferbianasari,
Hilda Nia. 2012. Analisis Penilaian Financial Distress Menggunakan ModelAltman
(Z-Score) pada Perusahaan Kosmetik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Jawa
Timur: Universitas Negeri Surabaya.
Ghodrati,
Hassan. dan Moghaddam, AmirHadi Manavi. 2012. A Study of the Accuracy of Bankruptcy
Prediction Models: Altman, Shirata, Ohlson, Zmijewski, CA Score, Fulmer,
Springate, Farajzadeh Genetic, and McKee Genetic Models for the Companies of
the Stock Exchange of Tehran. Dalam American Journal of Scientific Research,
ISSN 1450 223X Issue 59, pp 55-67.
Hasanah,
Nur. 2010. Analisis Rasio Keuangan Model Altman dan Model Springate Sebagai Early
Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Bank Go Public. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Herlina.
2009. Analisis Potensi Kebangkrutan pada Perusahaan Perusahaan Farmasi yang Terdaftar
di BEJ dengan Metode Diskriminan Altman. Dalam JMK Vol. 7 No. 3, Maret.
Ida
dan Santoso, Sandy. 2011. Analisis Kebangkrutan dengan Menggunakan Metode Springate.
Dalam Media Bisnis, Maret. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar
Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009. Jakarta: Salemba Empat.
Imanzadeh,Peyman.
Maran-Jouri,Mehdi. dan Sepehri, Petro. 2011. A Study of the Application of
Springate and Zmijewski Bankruptcy Prediction Models in FirmsAccepted in Tehran
Stock Exchange. Dalam Australian Journal of Basic and Applied
Sciences, Vol. 5 No. 11 Hal: 1546-1550.
Indonesia
Stock Exchange. 2010-2012. IDX Fact Book 2008-2011.(http://www.idx.co.id/,
diakses
10 Juni 2013)
Jensen
& Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost,and Ownership
Structure. Dalam Journal of Finance Economics 3, pp.
Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia. 2013. Susahnya Kosmetik Lokal Berjaya di Nusantara:
Bahan Baku Impor 70 Persen. Berita Industri.
Kumar,
DR. Radha Ganesh. dan Kumar, Kishore. 2012. A Comparison of Bankruptcy. Dalam
International Journal of Marketing Financial Service & Management Research
Vol. 1 No. 4.
Lifschutz,
Shilo. dan Jacobi, Arie. 2010. Predicting Bankruptcy: Evidence from Israel.
Dalam International Journal of Business and ManagementVol. 5, No. 4.
Moghadam,
Abolfazl Ghadiri dkk. 2010. Review of The Prediction Power of Altman and Ohlson
Models in Predicting Bankruptcy of Listed Companies in Tehran Stock Exchange.
University of Mashhad, Iran.
Perwira,
Gunardiansya Satria. 2011. Analisis Metode Z Score untuk Memprediksi Kebangkrutan
Industri Baja di BEI. Universitas Gunadarma.
Peter
dan Yoseph. 2011. Analisis Kebangkrutan dengan Metode Z-Score Altman, Springate
dan Zmijewski pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005 – 2009. Dalam Akurat
Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun ke-2 Januari-April 2011.
Pongsatat,
Surapol dkk. 2004. Bankruptcy Prediction for Large and Small Firms in Asia: A Comparison
of Ohlson and Altman. Dalam Journal of Accounting and Corporate Governance
Vol. 1 No. 2 Hal 1-13.
Ramadhani,
Ayu Suci dan Lukviarman, Niki. 2009. Perbandingan Analisis Prediksi Menggunakan
Model Altman Pertama, Altman Revisi, dan Altman Modifikasi dengan Ukuran dan
Umur Perusahaan sebagai Penjelas (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Dalam Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13
No. 1. Hal 15-28
Reddy,
DR. N. R. V. Ramana dan Reddy, DR. K.Hari Prasad. 2012. Financial Status Of Select
Sugar Manufacturing Units Z Score Model. Dalam International Journal
of Marketing Financial Service & Management Research.
Rismawaty.
2012. Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Springate,
Ohlson, dan Zmijewski (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin.
Roykhan,
Ubaidillah. 2011. Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Z-Score dan Pengaruhnya
Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Politeknik Kediri.
Setyahadi,
R. Rulick. 2012. Pengaruh Probabilitas Kebangkrutan pada Audit Delay. Universitas
Udayana.
Siregar,
Ailando. 2008. Pengaruh Potensi Kebangkrutan Altman Terhadap Pergerakan Harga
Saham Perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Springate,
G. 1978. Predicting the Possibility of Failure in a Canadian Firm (Unpublished
Masters Thesis). Simon Fraser University.
Subramanyam,
K.R. dan Wild, John J. 2010. Financial Statement Analysis. Salemba
Empat.
Jakarta.
Ulfa,
Maria. 2007. Analisis Perbedaan Prediksi Kebangkrutan Model Zavgren (Logit),
Altman (Z-Score) dan Zmijewski (X-Score) pada Perusahaan Jasa Transportasi yang
Listing di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2005. Universitas Negeri Malang.
Wiagustini,
Ni Luh Putu. 2010. Manajemen Keuangan. Udayana University Press. Bali.
Yati,
Sri. 2011. Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Perusahaan Rokok yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Malang: STIE MalangKuçeçwara,
Malang.
Yuanita,
Ika. 2010. Prediksi Financial Distress dalam Industri Textile dan
Garment (Bukti Empiris di Bursa Efek Indonesia). Dalam Jurnal Akuntansi &
Manajemen Vol. 5 No. 1 Hal. 101-119.
Zmijewski,
M. E. 1984. Methodological Issues Related to the Estimation of Financial Distress
Prediction Models. Dalam Journal of Accounting Research 24 (Supplement):
59-82OE.
SUMBER :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=156474&val=986&title=ANALISIS%20KOMPARASI%20POTENSI%20KEBANGKRUTAN%20DENGAN%20METODE%20Z%20-%20SCORE%20ALTMAN,%20SPRINGATE,%20DAN%20ZMIJEWSKI%20PADA%20INDUSTRI%20KOSMETIK%20YANG%20TERDAFTAR%20DI%20%20BURSA%20EFEK%20INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar