PENULIS : REMY SYLADO
Novel ini bercerita tentang kisah cinta antara seorang perempuan asli
Betawi bernama Siti Noerhaijati yang biasa dipanggil Tinung dan 2 pria bernama
Tan Peng Liang. Tan Peng Liang yang pertama berasal dari Bandung , seorang
rentenir yang kejam sedangkan yang kedua
berasal dari Semarang yang seorang pengusaha tembakau.
Awal kisah diawali ketika Tinung wanita muda yang sedang hamil harus
ditinggal mati oleh suaminya. Menyebabkan ia dibenci oleh mertuanya dan
kemudian diusir. Dan ia kembali pulang ke rumah orang tuanya. Dan iapun harus
kehilangan janinnya karena keguguran. Setelah itu ia disuruh kerja oleh ibunya
yang tidak menginginkan Tinung terus berdiam diri di rumah. Dan ia diajak oleh
sepupunya yang bernama sodah untuk menjadi seorang “Ca-Bau-Kan” . Seorang “Ca-Bau-Kan” yang sering "menghibur"
orang Tionghoa pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. Ia bekerja sebagai
seorang “Ca-Bau-Kan” di suatu tempat yang dinamakan Kali Jodo. Karena ditempat
ini sudah terlestari kebiasaan-kebiasaan imigran Tionghoa mendapatkan jodoh.
Awal mulanya Tinung tidak ingin bekerja disini api karena terus didesak
akhirnya ia harus mau melayani pria-pria tiap malam. Sampai suatu malam ia
bertemu dengan Tan Peng Liang asal dari Bandung. Karena Tan Peng Liang tertarik
terhadap Tinung iapun mengajak Tinung untuk ikut bersamanya. Tinung pun mau
walaupun pada awanya ia menolak. Mereka tinggal satu rumah meskipun mereka
belum menikah. Tan Peng Lian yang seorang rentenir yang kejam membuat Tinung
tidak betah tetap tinggal disana karena ia harus menyaksikan penyiksaan teradap
orang-orang yang tidak membayar hutangnya. Sampai pada suatu hari ia menyaksikan
penyiksaan anak buah Tan Peng Liang memberikan penyiksaan yang sadis sampai
orang itu mati terbunuh. Tinung pun melarikan diri dari tempat itu. Dan itu membuat
Tan Peng Liang marah dan menyuruh anak buahnya untuk mencari Tinung. Akhirnya
tinung ditemukan dan ia mendapat sisaan dari Tan Peng Liang, Tan Peng Liang
takut bila Tinung pergi ia akan menceritakan kesadisannya kepada orang-orang.
Tetapi pada akhirnya juga ia dapat melarikan diri. Tinung yang sedang hamil
saat itu kembali ke orang tuanya. Dan ia pun diajak oleh sepupunya untuk
menyanyi menghibur orang-orang. Tinung pun mau. Tinung pun melahirkan. Tan Peng
Liang pun dikabarkan sudah meninggal.
Kemudian ada seorang pria yang tertrik pada Tinung, ia adalah Tan Peng
Liang dari Semarang. Tinung merasakan hal yang sama pada tan Peng Liang.Tan
Peng Liang mengajak tinung ikut bersamanya, tetapi Tinung bingung karena ia
mempunyai anak yang masih bayi Tan peng Lian tidak keberatan dan ia pun
menyuruh Tinung membawa anaknya ikut bersama mereka. Tan Peng Lian pun mengajak
Tinung pergi ke rumah orang tuanya untuk mengenalkan Tinung. Mereka pun
disetujui. Tan Peng Lian sebelumnya sudah mempunyai istri yang kini
sakit-sakitan dan dua orang anak. Anak-anak Tan Peng Liang tidak menyukai
Tinung, karena mereka merasa setelah ayahnya menikahi Tinung mereka dan ibunya
atau istri tan Peng Liang tidak mendapat perhatian lagi dari Tan Peng Liang.
Dan pada suatu saat ketika Tan Peng Liang pergi dan Tinung sendiri dirumah,
anak-anak Tan Peng Liang pergi mendatang Tinung ereka mencaci-maki Tinung dan
menyiksa Tinung serta mengusir Tinung. Tinung pun tidak berdaya kemudian Tinung
pun pergi meninggkalkan rumah.
Tan Peng Liang sampai rumah memanggil-manggil Tinung. Ia pun tak
mendapati Tinung berada dirumahnya. Ia menemukan puntung rokok yang dipakai
anak-anaknya untuk menyiksa Tinung. Dengan amarah ia menemui anak-anaknya. Ia
menanyakan keberadaan Tinung dan apa yang terjadi ketika ia pergi. Anak-anaknya
bersikap pura-pura tidak tau. Tan Peng Lian pun terus mencari Tinung karena
pada saat itu Tinung sedang hamil. Akhirnya Tinung bertemu lagi dengan Tan Peng
Liang, Tinung melahirkan anak perempuan dan diberi nama Giok Lan. Anak pertamanya
pun diberi nama yang sama yaitu Giok Lan. Mereka hidup bahagia. Tang Peng Liang
yang seorang pengusaha Tembakau memiliki musuh yang bernama Thio Boen Hiap.
Thio Boen Hiap pun memiliki rencana untuk membakar gudang tembakau milik Tan
Peng Liang. Ia menyuruh dua orang anak buahnya.Tetapi rencana itu diketahui
oleh keponakan Tan Peng Liang yang pada saat itu sedang menjaga gudang itu.
Anak buah Thio Boen Hiap pun ditangkap dan yang satunya lagi berhasil kabur. Anak
buah yang tertangkap menjadi bulan-bulanan Tan Peng Liang dan keponakannya.
Mereka terus menyiksa dengan sadis agar orang itu memberi tahu siapa yang
menyuruhnya. Karena tidak kuat lagi dengan siksaan akhirnya ia memberi tahu
bahwa Thio Boen Hiap lah yang menyuruhnya. Dan Tan Peng Liang pun mempunyai
rencana dimana dia tetap membakar gudangya sendiri dan membiarkan anak buah Thi
Boen Hiap tewas terbakar bersama gudangnya. Akhirnya kasus ini terbawa ke meja
hijau. Thio Boen Hiap pun tertangkap. Kelicikan demi kelicikan terus dilakukan
Tan peng Liang untuk melindungi dirinya. Tetapi pada akhirnya Tan Peng Liang
pun tertangkap. Dan Thio Boen Hiap dibebaskan. Dan satu lagi yang tidak ketahui
orang-orang bahwa selama ini ia mempunyai gudang yang dijadikan untuk membuat
uang palsu diketahui. Dengan kelicikannya Tan Peng Lian berhasil kabur dari
penjara dan pergi ke luar negeri. Dia pun berpura-pura mati. Semua kelurga yang
mengetahui sandiwara ini terlihat sangat terpukul dengan kematian Tan Peng
Liang. Dan setelah kepergian Tan Peng Liang, Tinung kembali ke rumah orang
tuanya. Dan anak-anaknya diadopsi oleh orang Belanda. Ia hanya dapat mendengar
kabar anak-anaknya dari surat-surat yang dikirimkan oleh orang tua asuhnya di
Belanda. Lama kelamaan Tinung tidak mendapati kabar dari anak-anaknya.
Suatu saat ia diculik oleh Tentara Jepang. Ia dijadikan sebaga wanita
yang harus melayani tentara-tentara Jepang yang pada saat itu sedang terjadi
penjajahan di Indonesia. Tinung yang sudah tidak kuat berada disitu dengan
perlakuan-perlakuan tentara Jepang akhirnya berhasil melarikan diri. Tan Peng
Liang yang kembali ke Indonesia mencari keberadaan Tinung dan ia mengetahui
bahwa orang yang menemukan Tinung adalah Pamannya. Pamannya berhasil menemukan
Tinung dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Kotor, dekil, bau,
compang-camping itulah keadaan Tinung ketika ditemukan. Tinung pun dibawa ke
rumah sakit yang dapat menangani keadaan Tinung. Tinung sempat berputus asa ia
ingin mengakhiri hidupnya.Tan Peng Liang pun menemui Tinung dan setelah itu Tan
Peng Liang menanyakan keberadaan anak perempuannya kepada Tinung, Tinung pun
memberi ahu Tan Peng Liang bahwa anaknya telah dibawa ke Belanda oleh orang
yang ingin merawatnya. Tan Peng Liang pun terlihat sedih. Dan sandiwara Tan
Peng Liang yang pura-pura meninggal akhirnya diketaui. Thio Boen Hiap yang
menjadi dalang dari semua ini akhirnya meninggal. Tinung pun kembali hamil dan melahirkan anak
laki-laki.
Beberapa tahun kemudian, anak-anak Tan Peng Liang beranjak dewasa. Dan
anak perempuan Tan Peng Liang belum diketahui keberadaannya. Sampai suatu hari
Tan Peng Lian pun meninggal dunia karena diracun oleh musuhnya dulu yang tak
lain adalah atasan Thio Boen Hiap yang masih menaruh dendam pada Tang Peng
Liang. Karena tidak tahan ditinggal oleh suami tercintanya akhirnya Tinung pun
meninggal setelah tergelincir dan jatuh dari tangga.
Diakhir cerita datang seorang perempuan tua yang datang dari Belanda
bernama Nyonya Dijkhoff, dan ia adalah Giok Lan putri dari Tinung dan Tan Peng
Liang. Ia pun berhasil dapat menyelesaikan masalah ayahnya dan setelah semua
masalah selesai ia kembali ke Belanda.
MANFAAT/PELAJARAN YANG DIPEROLEH DARI NOVEL INI :
- Dari sisi seorang Tinung yang sebagai seorang Ca-Bau-Kan, yaitu perempuan yang mampu bertahan dan belajar menjadi seseorang yang semakin pintar karena keadaan, dan tetap menjadi permpuan yang selalu sayang dan mengabdi kepada suami dan keluarganya.
- Melalui kesaksian Giok Lan, putri dari Tinung dan Tan Peng Liang, kita mendapatkan pelajaran tentang nasionalisme Tionghoa dan juga kekuatan hati Tinung. Serta mendapatkan cinta kasih yang tulus seta penuh dengan kebaikan dan tanpa pamrih.
- Dan melalui kisah ini juga kita dapat melihat sisi sebuah perjuangan bangsa Indonesa dalam meraih kemerdekaan.