Sabtu, 07 Juli 2012

RINGKASAN NOVEL


JUDUL           : CA-BAU-KAN ( HANYA SEBUAH DOSA)
KARYA           : REMY SYLADO

TOKOH UTAMA : TINUNG, TAN PENG LIANG, GIOK LAN


Novel ini bercerita tentang kisah cinta antara seorang perempuan asli Betawi bernama Siti Noerhaijati yang biasa dipanggil Tinung dan 2 pria bernama Tan Peng Liang. Tan Peng Liang yang pertama berasal dari Bandung , seorang rentenir yang kejam sedangkan  yang kedua berasal dari Semarang yang seorang pengusaha tembakau.

Awal kisah diawali ketika Tinung wanita muda yang sedang hamil harus ditinggal mati oleh suaminya. Menyebabkan ia dibenci oleh mertuanya dan kemudian diusir. Dan ia kembali pulang ke rumah orang tuanya. Dan iapun harus kehilangan janinnya karena keguguran. Setelah itu ia disuruh kerja oleh ibunya yang tidak menginginkan Tinung terus berdiam diri di rumah. Dan ia diajak oleh sepupunya yang bernama sodah untuk menjadi seorang “Ca-Bau-Kan” . Seorang  “Ca-Bau-Kan” yang sering "menghibur" orang Tionghoa pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. Ia bekerja sebagai seorang “Ca-Bau-Kan” di suatu tempat yang dinamakan Kali Jodo. Karena ditempat ini sudah terlestari kebiasaan-kebiasaan imigran Tionghoa mendapatkan jodoh. Awal mulanya Tinung tidak ingin bekerja disini api karena terus didesak akhirnya ia harus mau melayani pria-pria tiap malam. Sampai suatu malam ia bertemu dengan Tan Peng Liang asal dari Bandung. Karena Tan Peng Liang tertarik terhadap Tinung iapun mengajak Tinung untuk ikut bersamanya. Tinung pun mau walaupun pada awanya ia menolak. Mereka tinggal satu rumah meskipun mereka belum menikah. Tan Peng Lian yang seorang rentenir yang kejam membuat Tinung tidak betah tetap tinggal disana karena ia harus menyaksikan penyiksaan teradap orang-orang yang tidak membayar hutangnya. Sampai pada suatu hari ia menyaksikan penyiksaan anak buah Tan Peng Liang memberikan penyiksaan yang sadis sampai orang itu mati terbunuh. Tinung pun melarikan diri dari tempat itu. Dan itu membuat Tan Peng Liang marah dan menyuruh anak buahnya untuk mencari Tinung. Akhirnya tinung ditemukan dan ia mendapat sisaan dari Tan Peng Liang, Tan Peng Liang takut bila Tinung pergi ia akan menceritakan kesadisannya kepada orang-orang. Tetapi pada akhirnya juga ia dapat melarikan diri. Tinung yang sedang hamil saat itu kembali ke orang tuanya. Dan ia pun diajak oleh sepupunya untuk menyanyi menghibur orang-orang. Tinung pun mau. Tinung pun melahirkan. Tan Peng Liang pun dikabarkan sudah meninggal.

Kemudian ada seorang pria yang tertrik pada Tinung, ia adalah Tan Peng Liang dari Semarang. Tinung merasakan hal yang sama pada tan Peng Liang.Tan Peng Liang mengajak tinung ikut bersamanya, tetapi Tinung bingung karena ia mempunyai anak yang masih bayi Tan peng Lian tidak keberatan dan ia pun menyuruh Tinung membawa anaknya ikut bersama mereka. Tan Peng Lian pun mengajak Tinung pergi ke rumah orang tuanya untuk mengenalkan Tinung. Mereka pun disetujui. Tan Peng Lian sebelumnya sudah mempunyai istri yang kini sakit-sakitan dan dua orang anak. Anak-anak Tan Peng Liang tidak menyukai Tinung, karena mereka merasa setelah ayahnya menikahi Tinung mereka dan ibunya atau istri tan Peng Liang tidak mendapat perhatian lagi dari Tan Peng Liang. Dan pada suatu saat ketika Tan Peng Liang pergi dan Tinung sendiri dirumah, anak-anak Tan Peng Liang pergi mendatang Tinung ereka mencaci-maki Tinung dan menyiksa Tinung serta mengusir Tinung. Tinung pun tidak berdaya kemudian Tinung pun pergi meninggkalkan rumah.

Tan Peng Liang sampai rumah memanggil-manggil Tinung. Ia pun tak mendapati Tinung berada dirumahnya. Ia menemukan puntung rokok yang dipakai anak-anaknya untuk menyiksa Tinung. Dengan amarah ia menemui anak-anaknya. Ia menanyakan keberadaan Tinung dan apa yang terjadi ketika ia pergi. Anak-anaknya bersikap pura-pura tidak tau. Tan Peng Lian pun terus mencari Tinung karena pada saat itu Tinung sedang hamil. Akhirnya Tinung bertemu lagi dengan Tan Peng Liang, Tinung melahirkan anak perempuan dan diberi nama Giok Lan. Anak pertamanya pun diberi nama yang sama yaitu Giok Lan. Mereka hidup bahagia. Tang Peng Liang yang seorang pengusaha Tembakau memiliki musuh yang bernama Thio Boen Hiap. Thio Boen Hiap pun memiliki rencana untuk membakar gudang tembakau milik Tan Peng Liang. Ia menyuruh dua orang anak buahnya.Tetapi rencana itu diketahui oleh keponakan Tan Peng Liang yang pada saat itu sedang menjaga gudang itu. Anak buah Thio Boen Hiap pun ditangkap dan yang satunya lagi berhasil kabur. Anak buah yang tertangkap menjadi bulan-bulanan Tan Peng Liang dan keponakannya. Mereka terus menyiksa dengan sadis agar orang itu memberi tahu siapa yang menyuruhnya. Karena tidak kuat lagi dengan siksaan akhirnya ia memberi tahu bahwa Thio Boen Hiap lah yang menyuruhnya. Dan Tan Peng Liang pun mempunyai rencana dimana dia tetap membakar gudangya sendiri dan membiarkan anak buah Thi Boen Hiap tewas terbakar bersama gudangnya. Akhirnya kasus ini terbawa ke meja hijau. Thio Boen Hiap pun tertangkap. Kelicikan demi kelicikan terus dilakukan Tan peng Liang untuk melindungi dirinya. Tetapi pada akhirnya Tan Peng Liang pun tertangkap. Dan Thio Boen Hiap dibebaskan. Dan satu lagi yang tidak ketahui orang-orang bahwa selama ini ia mempunyai gudang yang dijadikan untuk membuat uang palsu diketahui. Dengan kelicikannya Tan Peng Lian berhasil kabur dari penjara dan pergi ke luar negeri. Dia pun berpura-pura mati. Semua kelurga yang mengetahui sandiwara ini terlihat sangat terpukul dengan kematian Tan Peng Liang. Dan setelah kepergian Tan Peng Liang, Tinung kembali ke rumah orang tuanya. Dan anak-anaknya diadopsi oleh orang Belanda. Ia hanya dapat mendengar kabar anak-anaknya dari surat-surat yang dikirimkan oleh orang tua asuhnya di Belanda. Lama kelamaan Tinung tidak mendapati kabar  dari anak-anaknya.

Suatu saat ia diculik oleh Tentara Jepang. Ia dijadikan sebaga wanita yang harus melayani tentara-tentara Jepang yang pada saat itu sedang terjadi penjajahan di Indonesia. Tinung yang sudah tidak kuat berada disitu dengan perlakuan-perlakuan tentara Jepang akhirnya berhasil melarikan diri. Tan Peng Liang yang kembali ke Indonesia mencari keberadaan Tinung dan ia mengetahui bahwa orang yang menemukan Tinung adalah Pamannya. Pamannya berhasil menemukan Tinung dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Kotor, dekil, bau, compang-camping itulah keadaan Tinung ketika ditemukan. Tinung pun dibawa ke rumah sakit yang dapat menangani keadaan Tinung. Tinung sempat berputus asa ia ingin mengakhiri hidupnya.Tan Peng Liang pun menemui Tinung dan setelah itu Tan Peng Liang menanyakan keberadaan anak perempuannya kepada Tinung, Tinung pun memberi ahu Tan Peng Liang bahwa anaknya telah dibawa ke Belanda oleh orang yang ingin merawatnya. Tan Peng Liang pun terlihat sedih. Dan sandiwara Tan Peng Liang yang pura-pura meninggal akhirnya diketaui. Thio Boen Hiap yang menjadi dalang dari semua ini akhirnya meninggal.  Tinung pun kembali hamil dan melahirkan anak laki-laki.
Beberapa tahun kemudian, anak-anak Tan Peng Liang beranjak dewasa. Dan anak perempuan Tan Peng Liang belum diketahui keberadaannya. Sampai suatu hari Tan Peng Lian pun meninggal dunia karena diracun oleh musuhnya dulu yang tak lain adalah atasan Thio Boen Hiap yang masih menaruh dendam pada Tang Peng Liang. Karena tidak tahan ditinggal oleh suami tercintanya akhirnya Tinung pun meninggal setelah tergelincir dan jatuh dari tangga.

Diakhir cerita datang seorang perempuan tua yang datang dari Belanda bernama Nyonya Dijkhoff, dan ia adalah Giok Lan putri dari Tinung dan Tan Peng Liang. Ia pun berhasil dapat menyelesaikan masalah ayahnya dan setelah semua masalah selesai ia kembali ke Belanda.

MANFAAT/PELAJARAN YANG DIPEROLEH DARI NOVEL INI :
  1. Dari sisi seorang Tinung yang sebagai seorang Ca-Bau-Kan, yaitu perempuan yang mampu bertahan dan belajar menjadi seseorang yang semakin pintar karena keadaan, dan tetap menjadi permpuan yang selalu sayang dan mengabdi kepada suami dan keluarganya.
  2. Melalui kesaksian Giok Lan, putri dari Tinung dan Tan Peng Liang, kita mendapatkan pelajaran tentang nasionalisme Tionghoa dan  juga kekuatan hati Tinung. Serta mendapatkan cinta kasih yang tulus seta penuh dengan kebaikan dan tanpa pamrih.
  3. Dan melalui kisah ini juga kita dapat melihat sisi sebuah perjuangan bangsa Indonesa dalam meraih kemerdekaan.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar